Legian, Pukul 01.00 Dini Hari
Aku menyusuri walk street sendirian,
sengaja memang, ingin tahu, penasaran dengan kehidupan malam yang masyhur di
salah satu sudut kota Bali ini. Melewati beberapa bar yang menawarkan berbagai
‘kenikmatan’ di dalamnya. Jeans hitam, kaos hitam, bolero jeans dan kerudung
pasmina yang membungkus rapih kepalaku, benda-benda ini sudah cukup membuatku
menjadi must watch-nya mereka,
tatapan stay away from me
yang mereka tunjukkan awalnya membuatku merasa tidak nyaman,
tapi kemudian entah bagaimana munculnya, tiba-tiba aku teringat potongan chat
ku dengan Musa Alaydrus (teman baikku sejak SD dan sekarang sedang
melanjutkan study nya di Iraq) tepat di bagian ‘aku lho cuek!’ yang
sering digunakannya saat menceritakan sesuatu. It works, kata-kata tadi
terus berputar di kepalaku, hingga membuatku tidak lagi menghiraukan tatapan-tatapan
itu (merci, Musa
:D)
Langkah kaki membawaku ke 24hours minimarket yang berada tepat di samping monumen bom Bali. 24hours minimarket ini menyediakan berbagai minuman hangat serta beberapa kursi dan meja pada bagian depan yang langsung mengarah pada pemandangan pinggir jalan Legian. Aku rasa ini tempat yang tepat untuk menghabiskan dini hari ku.
Langkah kaki membawaku ke 24hours minimarket yang berada tepat di samping monumen bom Bali. 24hours minimarket ini menyediakan berbagai minuman hangat serta beberapa kursi dan meja pada bagian depan yang langsung mengarah pada pemandangan pinggir jalan Legian. Aku rasa ini tempat yang tepat untuk menghabiskan dini hari ku.
Secangkir hot capuccino menemaniku mengamati
dengan seksama wajah-wajah yang lalu lalang di depan 24hours minimarket dengan berbagai
bentuk dan ekspresi wajah yang mereka perlihatkan. Kuperhatikan manusia-manusia
dengan bentuk wajah dan warna kulit yang berbeda-beda. Laki-laki yang
bertelanjang dada dan perempuan yang hanya melekatkan beberapa potong kain
transparan di tubuhnya. Manusia-manusia dengan cerita hidupnya, dengan jalan
hidup yang aku rasa mereka pilih secara sadar, yang mereka yakini ini yang
terbaik untuk diri mereka. Kebanyakan dari mereka sedang dalam keadaan mabuk berat, itu
terlihat dari jenis minuman yang ada di genggaman tangan mereka. Sambil
berteriak-teriak dan bernyanyi lagu--yang bahkan tidak jelas nada dan liriknya.
Mereka lewat tepat di depan tempat dudukku,beberapa melempar senyum saat
pandangan kami bertemu, beberapa sisanya memandang acuh tak acuh. Hot cappucino
ku masih tersisa setengah, dan aku masih asyik memperhatikan manusia-manusia
setengah sadar ini.
Semakin pagi jalanan di Legian semakin
ramai, kursi-kursi bar di sisi jalan juga sudah terisi penuh, musik yang
dimainkan para Dj terdengar bersahut-sahutan. Pukul 03.00 dini hari aku
memutuskan untuk kembali ke hotel. Sudah cukup ribuan pertanyaan yang
bertebaran di kepalaku, aku tidak ingin menambahnya lagi. Karna aku tau,
semakin lama aku di sini, semakin lama aku memperhatikan mereka, semakin banyak
pula pertanyaan-pertanyaan lain yang akan muncul.
Comments
Post a Comment